Puisi terakhir WS Rendra* *(beliau buat sesaat sebelum beliau wafat)* Hidup itu seperti *UAP*, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap !! Ketika Orang memuji *MILIKKU*, aku berkata bahwa ini *HANYA TITIPAN* saja. Bahwa mobilku adalah titipan-NYA, Bahwa rumahku adalah titipan-NYA, Puisiterakhir WS Rendra di buat sesaat sebelum dia wafat, sangat luar biasa kata-katanya. Hidup itu seperti *UAP*, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap !! Ketika Orang memuji *MILIKKU*, aku berkata bahwa ini *HANYA TITIPAN* saja. Bahwa mobilku adalah titipan- *NYA,* Bahwa rumahku adalah titipan- *NYA,* Bahwa hartaku adalah titipan- *NYA Puisi terakhir WS Rendra di buat sesaat sebelum dia wafat * Hidup itu seperti UAP, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap !! Ketika Orang memuji MILIKKU, aku berkata bahwa ini HANYA TITIPAN saja. Bahwa mobilku adalah titipan-NYA, Bahwa rumahku adalah titipan-NYA, Bahwa hartaku adalah titipan-NYA, Bahwa putra-putriku hanyalah titipan-NYA Hidupitu seperti *UAP*, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap !! Ketika Orang memuji *MILIKKU*, aku berkata bahwa ini *HANYA TITIPAN* saja. *Puisi terakhir WS Rendra* *beliau buat sesaat sebelum beliau wafat* Tags: Artikel Islam ; Share: Humas PI. PERCIKAN IMAN ONLINE DIGITAL - Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung AdabTidur (Lengkap) by Riyadhul Qur'an · March 6, 2015. Allah telah menjadikan tidur sebagai istirahat dan ketenangan bagi semua manusia. Allah berfirman: وَجَعَلْنَا ٱلَّيْلَ لِبَاسًۭا وَجَعَلْنَا ٱلنَّهَارَ مَعَاشًۭا. Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian, dan Kami jadikan siang SebelumMisa dimulai, setiap umat dibagikan secarik kertas berisi puisi Terakhir WS. Rendra yang berjudul 'Hidup itu Seperti Uap'. Ternyata puisi itu yang dijadikan bahan refleksi dan bekal mengarungi Masa Prapaskah. Selamat berpantang dan berpuasa bagi teman-teman yang beragama Katolik. Hidup itu Seperti UAP. Karya: WS. Rendra. Hidup itu 4CbfVM. - Sastrawan WS Rendra telah meninggal tahun 2009 lalu semoga Alloh merahmatinya. Namun sebelum meninggal dan saat terbaring sakit, beliau sempat menulis sebuah puisi. Puisi ini sangat dalam maknanya. Bahwa sesungguhnya hidup ini adalah amanah, dan apa yang ada pada diri kita adalah titipan semata. Maka tidak boleh ada yang disombongkan sedikitpun dari kita, karena semua itu hanyalah titipan. Yang suatu saat akan diambil kembali oleh Nya. Hanya saja kita tidak pernah tahu, kapan Dia akan mengambilnya. Puisi ini juga mengingatkan akan pemutus segala kenikmatan, yaitu kematian. Seperti sabda Nabi “Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan, yakni kematian”.[HR. At-Tirmidziy no. 2307, An-Nasa'iy 1824 dan Ibnu Majah no. 4258. Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Al-Irwa' no. 682]. Al-Imam Ath-Thibiy -rahimahullah- berkata, “Nabi -shallallahu alaihi wa sallam- menyerupakan segala kelezatan yang fana dan segala keinginan duniawi dan kehancurannya dengan sebuah bangunan yang menjulang. Bangunan itu akan runtuh oleh berbagai goncangan hebat. Lalu Nabi -shallallahu alaihi wa sallam- memerintahkan orang yang terlena dengan dunia untuk mengingat penghancur kelezatan tersebut yakni, maut agar ia tak terus-menerus condong kepadanya, sehingga ia pun menyibukkan diri dengan sesuatu yang wajib atas dirinya berupa penghadapan diri kepada kampung abadi yaitu, akhirat”. [Lihat Tuhfah Al-Ahwadziy 6/92] Berikut adalah puisi terakhir dari WS Rendra, semoga bisa menjadi renungan dan peringatan Hidup itu seperti uap, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap! Ketika orang memuji milikku, aku berkata bahwa ini hanya titipan saja. Bahwa mobilku adalah titipan-Nya, Bahwa rumahku adalah titipan-Nya, Bahwa hartaku adalah titipan-Nya, Bahwa putra-putriku hanyalah titipan-Nya ... Tapi mengapa aku tidak pernah bertanya, "Mengapa Dia menitipkannya kepadaku?" "Untuk apa Dia menitipkan semuanya kepadaku?" Dan kalau bukan milikku, apa yang seharusnya aku lakukan untuk milik-Nya ini? Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya? Malahan ketika diminta kembali, kusebut itu musibah, kusebut itu ujian, kusebut itu petaka, kusebut itu apa saja ... Untuk melukiskan, bahwa semua itu adalah derita ... Ketika aku berdo'a, kuminta titipan yang cocok dengan kebutuhan duniawi, Aku ingin lebih banyak harta, Aku ingin lebih banyak mobil, Aku ingin lebih banyak rumah, Aku ingin lebih banyak popularitas, Dan kutolak sakit, Kutolak kemiskinan, Seolah semua derita adalah hukuman bagiku. Seolah keadilan dan kasih-Nya, harus berjalan seperti penyelesaian matematika dan sesuai dengan kehendakku. Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita itu menjauh dariku, Dan nikmat dunia seharusnya kerap menghampiriku ... Betapa curangnya aku, Kuperlakukan Dia seolah "Mitra Dagang" ku dan bukan sebagai "Kekasih"! Kuminta DIA membalas “perlakuan baikku” dan menolak keputusan-Nya yang tidak sesuai dengan keinginanku ... Duh Allah ... Padahal setiap hari kuucapkan, “Hidup dan Matiku, Hanyalah untukMu ya Allah, ampuni aku, ya Allah ... Mulai hari ini, ajari aku agar menjadi pribadi yang selalu bersyukur dalam setiap keadaan dan menjadi bijaksana, mau menuruti kehendakmu saja ya Allah ... Sebab aku yakin Engkau akan memberikan anugerah dalam hidupku .. Kehendakmu adalah yang terbaik bagiku ... Semoga manfaat Sahabatmu... Dari pelbagai sumber, antara lain Depok - Puisi terakhir WS Rendra di buat sesaat sebelum Beliau wafat. *WS Rendra* — kelahiran Surakarta tahun 1935, Meninggal di Depok tahun 2009 Karya ini bagus untuk menjadi bahan perenungan. Baca Juga Urban Legend Cerita Mistis Menara Air UI, Sering Terjadi Penampakan Hantu Usil Berikut ini puisinya Hidup itu seperti UAP, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap !! Ketika Orang memuji MILIKKU,aku berkata bahwa ini HANYA TITIPAN saja. Bahwa mobilku adalah titipan- NYA,Bahwa rumahku adalah titipan- NYA,Bahwa hartaku adalah titipan- NYA,Bahwa putra-putriku hanyalah titipan- NYA ... Tapi mengapa aku tidak pernah bertanya,MENGAPA DIA menitipkannya kepadaku?UNTUK APA DIA menitipkan semuanya kepadaku. Baca Juga Cara Mencetak Dan Download Kalender Tahun 2022 Dan kalau bukan milikku, apa yang seharusnya aku lakukan untuk milik- NYA ini?Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh- NYA ? Malahan ketika diminta kembali,kusebut itu MUSIBAH,kusebut itu UJIAN,kusebut itu PETAKA,kusebut itu apa saja ...Untuk melukiskan, bahwa semua itu adalah DERITA.... Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok denganKEBUTUHAN DUNIAWI,Aku ingin lebih banyak HARTA,Aku ingin lebih banyak MOBIL,Aku ingin lebih banyak RUMAH,Aku ingin lebih banyak POPULARITAS, Baca Juga Viral Pengendara Motor Rekam Penampakan Kuntilanak di Kuburan Dan kutolak SAKIT,Kutolak KEMISKINAN,Seolah semua DERITA adalah hukuman bagiku. Seolah KEADILAN dan KASIH-NYA, harus berjalan seperti penyelesaian matematika dan sesuai dengan kehendakku. Terkini WS RENDRA Lahir di SURAKARTA pada tahun 1935. Menjadi mualaf 1970 disaksikan oleh Taufiq Ismail dan Ayip Rosidi. Berganti nama menjadi Wahyu Sulaiman Rendra. Dari ke tiga istrinya yaitu Sunarti Soewandi, Sitoresmi dan Ken Zuraida memiliki 11 orang anak. Meninggal di DEPOK pada tahun 2009. Puisi terakhir WS Rendra di buat sesaat sebelum dia wafat, sangat luar biasa kata-katanya. Hidup itu seperti UAP, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap !! Ketika Orang memuji MILIKKU, aku berkata bahwa ini HANYA TITIPAN saja. Bahwa mobilku adalah titipan- NYA, Bahwa rumahku adalah titipan- NYA, Bahwa hartaku adalah titipan- NYA, Bahwa putra-putriku hanyalah titipan- NYA … Tapi mengapa aku tidak pernah bertanya, MENGAPA DIA menitipkannya kepadaku? UNTUK APA DIA menitipkan semuanya kepadaku. Dan kalau bukan milikku, apa yang seharusnya aku lakukan untuk milik- NYA ini? Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh- NYA ? Malahan ketika diminta kembali, kusebut itu MUSIBAH, kusebut itu UJIAN, kusebut itu PETAKA, kusebut itu apa saja … Untuk melukiskan, bahwa semua itu adalah DERITA…. Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan KEBUTUHAN DUNIAWI, Aku ingin lebih banyak HARTA, Aku ingin lebih banyak MOBIL, Aku ingin lebih banyak RUMAH, Aku ingin lebih banyak POPULARITAS, Dan kutolak SAKIT, Kutolak KEMISKINAN, Seolah semua DERITA adalah hukuman bagiku. Seolah KEADILAN dan KASIH-NYA, harus berjalan seperti penyelesaian matematika dan sesuai dengan kehendakku. Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita itu menjauh dariku, Dan nikmat dunia seharusnya kerap menghampiriku … Betapa curangnya aku, Kuperlakukan DIA seolah Mitra Dagang ku dan bukan sebagai Kekasih ! Kuminta DIA membalas perlakuan baikku dan menolak keputusan- NYA yang tidak sesuai dengan keinginanku … Padahal setiap hari kuucapkan, “Hidup dan Matiku, Hanyalah untuk-MU” Mulai hari ini, ajari aku agar menjadi pribadi yang selalu bersyukur dalam setiap keadaan dan menjadi bijaksana, mau menuruti kehendakMU saja ya ALLAH … Sebab aku yakin…. ENGKAU akan memberikan anugerah dalam hidupku … KEHENDAKMU adalah yang ter BAIK bagiku .. Ketika aku ingin hidup KAYA, aku lupa, bahwa HIDUP itu sendiri adalah sebuah KEKAYAAN. Ketika aku berat utk MEMBERI, aku lupa, bahwa SEMUA yang aku miliki juga adalah PEMBERIAN. Ketika aku ingin jadi yang TERKUAT, ….aku lupa, bahwa dalam KELEMAHAN, Tuhan memberikan aku KEKUATAN. Ketika aku takut Rugi, Aku lupa, bahwa HIDUPKU adalah sebuah KEBERUNTUNGAN, kerana AnugerahNYA. Ternyata hidup ini sangat indah, ketika kita selalu BERSYUKUR kepada NYA Bukan karena hari ini INDAH kita BAHAGIA. Tetapi karena kita BAHAGIA, maka hari ini menjadi INDAH. Bukan karena tak ada RINTANGAN kita menjadi OPTIMIS. Tetapi karena kita optimis, RINTANGAN akan menjadi tak terasa. Bukan karena MUDAH kita YAKIN BISA. Tetapi karena kita YAKIN BISA.! semuanya menjadi MUDAH. Bukan karena semua BAIK kita TERSENYUM. Tetapi karena kita TERSENYUM, maka semua menjadi BAIK, Tak ada hari yang MENYULITKAN kita, kecuali kita SENDIRI yang membuat SULIT. Bila kita tidak dapat menjadi jalan besar, cukuplah menjadi JALAN SETAPAK yang dapat dilalui orang, Bila kita tidak dapat menjadi matahari, cukuplah menjadi LENTERA yang dapat menerangi sekitar kita, Bila kita tidak dapat berbuat sesuatu untuk seseorang, maka BERDOALAH untuk kebaikan. _Dibagikan melalui Chat utk WAG ini, karena sangat bagus untuk bahan renungan dlm kehidupan kita semua. Semoga berkenan_🙏💞 Post Views 8 Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Puisi TerakhirTak ada maksud untuk berpisahTak ada maksud untuk menghilangTak ada maksud untuk meninggalkan yang tercintaSemua hanyalah sekedar ucapanKata-kata ku rangkai menjadi baitBait-bait ke jahit menjadi syairMerupakan kegelisahan yang ada di hatiDan hanyalah sekedar ungkapan yang tak sampai Diri bukanlah seorang pujanggaYang ingin seperti Arya DwipanggaMerangkai bait syair untuk para tercintaSekedar melampiaskan hasrat dan kuasa Diri hanyalah sekedar seorang manusia biasaTerkekang oleh kondisi dan keadaan yang adaKarena diri merasa berbedaTerbiasa hidup dengan prinsip kehidupanPuisi terakhir bukanlah ucapanAgar diri dikenang oleh para yang tercintaNamun diri berusaha untuk diamKarena tak terbiasa mengumbar ucapanPuisi terakhir bukanlah salam perpisahanAgar diri mendapatkan kesan dan pesanNamun diri hanya menyampaikanJawaban atas semangat yang mendalam yang ku punyaBukan cacian yang ku harapkanBukan pujian yang ku nantikanBukan tangisan yang ku inginkanHanya pengertian dan pemahaman tentang kondisi dan keadaan Kesadaran diri telah membawaPemahaman akan keadaanBahwa diam adalah hal yang tepatAgar diri dapat menikmati yang adaMagelang, 13/12/2021Salam, KAS Lihat Puisi Selengkapnya

puisi terakhir ws rendra hidup itu seperti uap